Aceh siapa sih yang ga tau aceh,
kalo emang ga tau ayo simak blog ini agar tau gimana sejarah dan keeksotisan
aceh itu , cekidot.
Aceh berdiri sekitar abad ke-16,
Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jum'at, tanggal 1 Ramadhan
601 H ( 22 April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah
berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar
Lamuri .
(Letak
Kota Aceh, sumber : Google)
Sedangkan Istananya dibangun di tepi
Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan
nama "Kandang Aceh". Dan pada masa pemerintahan cucu Sultan
Alaidin Mahmud Syah, dibangun istana baru di seberang Kuala Naga (Krueng
Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau
Pendopo Gubernur sekarang) dan beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman
pada tahun 691 H.
Wisata dan Sejarah Keajaiban Mesjid
Raya Baiturrahman
Kalo ngomongin tentang Mesjid Raya
Baiturrahman pasti langsung mikir nya ke Tsunami. yaa.
TSUNAMI yang terjadi di
Aceh pada 26 Desember 2004 silam merupakan peristiwa bersejarah paling kelam
sepanjang abad 20. Bencana dahsyat itu telah menewaskan lebih dari 160.000
jiwa. Semua warga Aceh belum bisa melupakan peristiwa besar ini.
Banyak cerita nyata yang terselip
bahkan tak bisa diterima logika. Satu dari sekian banyak cerita nyata itu
adalah Masjid Baiturrahman .
Keganasan tsunami Aceh tidak membuat
Mesjid ini hancur, mesjid ini tetap berdiri kokoh meski tsunami telah
memporak-poranda kan Aceh kondisi di sekitar masjid itu sudah bak lautan.
Ketinggian air mencapai 3 meter akibat hempasan gelombang tsunami. Sementara
disudut kota lainnya, mayat mulai berserakan, mobil hanyut terbawa air dan
bangunan porak-poranda .
(Foto
ketika kejadian Tsunami Aceh, Sumber : Google)
Subhanallah Sungguh, memang
benar kekuasaan ALLAH S.W.T telah ditampakan olehnya dengan berbagai
cara, diantaranya melalui Musibah Bencana Alam ini.
Walau akibat gempa itu meninggalkan
beberapa keretakan di dinding masjid, hal itu tidak mengurangi keindahan dan
keunikan masjid kebanggan warga Aceh ini. Bahkan, ketika Republika mengunjungi
masjid ini setahun pascatsunami, sisa-sisa keretakan masih ada. Namun, hal itu
dijadikan warga sebagai bentuk peringatan agar senantiasa mengingat kebesaran
Tuhan.
Banyak mayat-mayat
yang terhampar di perkarangan masjid. Saat itu ada sekitar 200 mayat yang
disemayamkan dalam satu hari sebelum diambil oleh petugas
kemanusiaan. Sejak saat itu, kisah masjid Raya Baiturrahman yang tak
hancur dihempas tsunami terdengar kemana-mana. Traveler pun bisa datang ke
masjid ini dan melihatnya dari dekat.
Siapa pun boleh datang ke Masjid Raya Baiturrahman. Pihak masjid menyediakan baju jubah, supaya dapat dipakai pengunjung dan terlihat sopan .
Siapa pun boleh datang ke Masjid Raya Baiturrahman. Pihak masjid menyediakan baju jubah, supaya dapat dipakai pengunjung dan terlihat sopan .
Dilihat dari
sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai yang tinggi bagi rakyat
Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah di
tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid Raya ini mempunyai berbagai fungsi
selain shalat, yaitu tempat mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan
seperti maulid Nabi Besar Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah
Tilawatil Qur’an (yang baru selesai MTQ Telkom-Telkomsel Nasional), tempat
berteduh bagi warga kota serta para pendatang, salah satu obyek wisata Islami.
Waktu
gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang menghancurkan sebagian Aceh, mesjid
ini selamat tanpa kerusakan yang berarti dan banyak warga kota yang selamat di
sini. Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan kawasan syariat Islam, jadi
sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori oleh perbuatan-perbuatan yang
melecehkan mesjid serta melanggar syariat Islam.
(Gambar
Mesjid Raya Baiturrahman sekarang, sumber : Google)
Kalo kalian mau berwisata ke Aceh
jangan lupa mampir ke Mesjid Raya Baiturrahman.
Anda bisa memilih ingin menggunakan
alat transportasi apa untuk menuju ke masjid kesultanan ini. Bisa menggunakan
kendaraan pribadi, dan juga bisa menggunakan kendaraan umum. Seperti angkutan
kota atau angkot yang juga sering disebut dengan labi-labi atau sodako oleh
masyarakat Aceh.
Jika anda menggunakan kendaraan
pribadi, anda bisa dengan mudah menemukan lokasi dari Masjid Raya Baiturrahman
ini, karena lokasi nya terletak di pusat kota Aceh. Ada baiknya anda melewati
jalan diponegoro, karena dengan melewati jalan ini, anda bisa dengan mudah
menemukan lokasi Masjid Raya Baiturrahman.
Anda tinggal lurus saja mengikuti
jalan diponegoro ini sampai anda menemukan simpang 4 antara jalan diponegoro,
jalan tentara pelajar, dan jalan tengku chik pante kulu.
Setelah anda menemukan simpang 4
tersebut, anda sebaiknya belok ke arah kanan atau masuk ke jalan tengku chik
pante kulu. Lalu, anda tinggal lurus saja mengikuti jalan hingga menemukan
Masjid Raya Baiturrahman ini.
Jika anda menggunakan kendaraan
umum, anda bisa memilih ingin menggunakan angkot atau yang sering disebut
labi-labi oleh masyarakat Aceh ini. Karena letaknya di pusat kota, jadi cukup
banyak labi-labi yang melintasi daerah masjid ini. Diantara nya labi-labi
jurusan Terminal Keudah – Keutapang Dua, Terminal Keudah – Ajun, Terminal
Keudah – Lampeuneurut, Terminal Keudah – Lhoknga, Terminal Keudah – Ulee Lheu.
Semua labi-labi dengan jurusan
diatas melewati lokasi dari masjid ini. Ongkos yang harus anda keluarkan untuk
membayar labi-labi yang telah mengantarkan anda ke lokasi masjid ini sebesar Rp
2.000*) untuk pelajar dan mahasiswa, Rp 4.000*) untuk penumpang umum.
Selain itu kalian juga wajib
mengunjungi Museum Tsunami Aceh
(Museum
Tsunami Aceh, sumber : Google)
Museum Tsunami Aceh dibangun untuk mengenang
sekaligus pusat Informasi mengenai bencana Tsunami yang melanda Aceh pada 26
Desember 2004 silam, desainnya sangat bangus. Museum ini hanya berjarak lebih
kurang 1 Km dari Masjid Baiturrahman, dan untuk masuk ke dalam Museum kalian
tidak perlu membayar alias gratis. Tapi ingat, kalau membawa tas wajib di
titipkan ya di tempat yang telah disediakan, dijamin aman kok. Di Museum ini
kamu bisa melihat apa-apa saja yang pernah terjadi saat perisitwa Tsunami.
Dan ada Juga Rumah Cut Nya Dien.
(Foto
Rumah Cut Nya Dien, Sumber : Google)
Cut Nya Dien adalah seorang
revolusioner wanita Indonesia dari Aceh. Rumah adalah replika dari Cut Nyak
Dhien pahlawan House, dari Perang Aceh. Pasukan kolonial membakar rumah tapi
replika dibangun kemudian. Ini rumah di Lam Pisang, sekitar 6 km dari Banda
Aceh dan sekarang adalah sebuah museum. Rumah di Desa Lampisang, Kecamatan Lhok
Nga, Kabupaten Aceh Besar. Meskipun Lhok Nga adalah hit wilayah terburuk
tsunami, Tjut Nyak Dhien Rumah selamat. Anak perempuan dari kepala suku, Tjut
Nyak Dhien bergabung dengan perang melawan penjajah Belanda pada tahun 1875.
Lalu Gunongan .
(Foto
Gunongan , sumber : Google)
Gunongan merupakan sebuah bangunan
peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri
Phang.Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya,
Pahang - Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu
karena di Pahang Istana sang putri dikelilingi oleh perbukitan dimana
permaisuri dapat bermain, namun disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung
buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini
siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya
disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam
sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari
keganasan Tsunami.
Tidak ketinggalan pesona keindahan
pantai Cermin (Ulee Lheue)
(Sunset
Ulee Lheue froom Google)
Satu kawasan di Banda Aceh yang
paling nikmat untuk menunggu matahari terbenam adalah di Ulee Lheue. Kawasan
yang selalu ramai setiap menjelang senja ini memang selalu menjadi pilihan
utama warga sekitar untuk menghabiskan waktu di sore hari. Selain sunset,
sepanjang jalan menuju Pelabuhan Ulee Lheue berderet lapak penjaja makanan
ringan semacam jagung bakar, sate, dan pulut bakar. Dengan lanskap perbukitan
yang terhampar di seberang lautan, menyaksikan indahnya sunset di Ulee
Lheue akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan ketika berkunjung ke Banda
Aceh.
Setelah di pantai Ulee Lheeue ada
juga kuburan massal Ulee Lheeue .
Kuburan Massal Ulee Lheue merupakan
salah satu kuburan massal korban tsunami Aceh pada tahun 2006 yang silam.
Kuburan massal ini terletak tidak jauh dari pusat kota Banda Aceh.
Dan ada lagi Kapal Boat di atas
rumah Lampulo . wah benar-benar unik ya wisata yang ada di aceh .
(Foto
kapal Boat Di Atas Rumah Lampulo, sumber : Google)
Boat nelayan yang bertengger di atas
pertapakan rumah warga itu, sebagai salah satu bukti sejarah tentang dahsyatnya
musibah pada Minggu, 26 Desember 2004, diyakini bisa menarik perhatian
wisatawan.
Peresmian itu ditandai dengan
dibukanya selebung oleh Wakil Walikota Banda Aceh Illiza Saaduddin Jamal di
sela doa bersama warga mengenang enam tahun tsunami di Lampulo, Banda Aceh.
Ada juga nih Lapangan Blang
Padang
(Lapangan
Blang Padang, sumber : Google)
Lapangan ini merupakan salah satu
saksi bisu dari peristiwa tsunami pada tahun 2004 lalu. Lapangan imi banyak di
manfaatkan warga Banda Aceh untuk melakukan aktifitas di pagi dan sore hari, yaitu
untuk berolahraga.
Wah ini juga tidak kalah menarik nih
Monumen Kapal PLTD Apung
(Foto
Monumen Kapal PLTD Apung, sumber Google)
Monumen Kapal PLTD Apung – Situs
kapal tongkang besar PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) apung ini
merupakan saksi bisu sejarah terjadinya tsunami yang melanda banda aceh tahun
2004 silam.
Kapal dengan berat bobot 2600 ton,memiliki
panjang 63 meter dan luas 1.900 meter persegi ini terseret ke daratan sejauh 5
KM akibat sapuan gelombang tsunami yang membuatnya terdampar di daerah Gampong
Punge Blang Cut Kota Banda Aceh, sampai sekarang lokasi terdamparnya kapal PLTD
apung ini tetap dipertahankan oleh pemerintah setempat untuk dijadikan kawasan
wisata sejarah.
Dan Anda jangan lupa mampir ke Taman
Wisata Kuliner
(Foto
Taman Kuliner, sumber : Google)
Didepan kuburan massal Ulee Lhueu
ini, ada lokasi menarik yang pas di kunjungi bersama dengan anak-anak. Sambil
menikmati jagung bakar, kita juga bisa memancing di area ini. Selain itu, Taman
Kuliner ini adalah akses dimana warga yang ingin berangkat ke atau dari Pulo
Aceh. Menggunakan kapal yang sudah disediakan kita bisa menuju Pulo Aceh yang
tak jauh juga dari Banda Aceh ini.